Hirarki Pengendalian Risiko dijelaskan pada poin A.8.1.2 dari ISO 45001 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Hirarki Pengendalian Risiko ini merupakan hal dasar yang harus dipahami oleh seluruh praktisi keselamatan dan kesehatan kerja karena akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan terkait dengan pengendalian risiko kelak.
Tujuan hirarki pengendalian risiko adalah untuk menyediakan pendekatan sistematik guna peningkatan keselamatan dan kesehatan, mengeliminasi bahaya dan mengurangi atau mengendalikan risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hirarki pengendalian bahaya, pengendalian yang lebih atas disepakati lebih efektif daripada pengendalian yang lebih bawah. Kita bisa mengkombinasikan beberapa pengendalian risiko dengan tujuan agar berhasil dalam mengurangi risiko terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja kepada level yang serendah mungkin yang dapat dikerjakan dengan pertimbangan (as low as reasonably practicable).
Berikut adalah 5 tahap hirarki pengendalian risiko berdasarkan ISO 45001:
Eliminasi
Eliminasi berarti menghilangkan bahaya. Contoh tindakan eliminasi adalah berhenti menggunakan zat kimia beracun, menerapkan pendekatan ergonomic ketika merencanakan tempat kerja baru, mengeliminasi pekerjaan yang monoton yang bisa menghilangkan stress negatif, dan menghilangkan aktifitas forklift dari sebuah area.
Substitusi
Substitusi berarti mengganti sesuatu yang berbahaya dengan sesuatu yang memiliki bahaya lebih sedikit. Contoh tindakan substitusi adalah mengganti aduan konsumen dari telepon ke on line, , menggnti cat dari berbasis solven ke berbasis air, mengganti lantai yang berbahan licin ke yang tidak licin, dan menurunkan voltase dari sebuah peralatan.
Rekayasa Teknik, Reorganisasi dari Pekerjaan, atau Keduanya
Tahapan rekayasa teknik dan reorganisasi dari pekerjaan merupakan tahapan untuk memberikan perlindungan pekerja secara kolektif. Contoh perlindungan dalam rekayasa teknik dan reorganisasi pekerjaan adalah pemberian pelindung mesin, system ventilasi, mengurangi bising, perlindungan melawan ketinggian, mengorganisasi pekerjaan untuk melindungi pekerja dari bahaya bekerja sendiri, jam kerja dan beban kerja yang tidak sehat
Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi merupakan pengendalian risiko dan bahaya dengan peraturan-peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat. Contoh pengendalian administrasi adalah melaksanakan inspeksi keselamatan terhadap peralatan secara periodik, melaksanakan pelatihan, mengatur keselamatan dan kesehatan kerja pada aktivitas kontraktor, melaksanakan safety induction, memastikan operator forklift sudah mendapatkan lisensi yang diwajibkan, menyediakan instruksi kerja untuk melaporkan kecalakaan, mengganti shift kerja, menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan dan risiko pekerjaan (missal terkait dengan pendengaran, gangguan pernafasan, gangguan kulit), serta memberikan instruksi terkait dengan akses kontrol pada sebuah area kerja.
Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 8 Tahun 2010 adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Contoh Alat Pelindung Diri adalah baju, sepatu keselamatan, kacamata keselamatan, perlindungan pendengaran dan sarung tangan.
Studi Kasus Hirarki Pengendalian Risiko
Sebuah studi kasus tercermin dalam gambar di bawah. Sebuah jalan harus melewati perlintasan kereta.
Gambar Studi Kasus Hirarki Pengendalian Risiko
Kita dapat menganggap kereta yang lewat merupakan bahaya bagi pengguna jalan. Risiko dari tertabrak kereta tentunya bisa mengakibatkan kematian. Oleh karenanya, tanpa implementasi dari hirarki pengendalian risiko, tingkat risiko pastinya akan sangat tinggi.
Risiko tertabrak kereta dapat dieliminasi dengan membangun jalan layang di atas perlintasan kereta. Dengan cara ini, risiko yang tersisa akan sangat kecil karena tidak ada jalan lagi yang sebidang dengan perlintasan kereta. Pengendalian jenis ini sangat efektif, namun memang memerlukan biaya yang lebih besar.
Pengendalian risiko dengan cara rakayasa tekniki dapat diterapkan dengan memasang palang pintu yang akan menutup jika ada kereta lewat. Cara jenis ini memang lebih murah untuk diterapkan namun pengendara kadang masih bisa menerobos palang pintu dan juga akan berdampak pada peningkatan kemacetan lalu lintas di sekitar perlintasan kereta.
Risiko tertabrak kereta dapat dikurangi dengan pengendalian administratif melalui pemasangan rambu-rambu peringatan tentang risiko tertabrak kereta. Pengendalian ini sangat murah namun risiko yang ada masih sangat besar karena pengendara bisa saja tidak menghiraukan rambu dan langsung melintas meski kereta sudah dekat.